Follow Us @soratemplates

Minggu, 01 September 2019

tentang cita-cita (Blog episode 6)


Tentang Cita-cita

Setiap orang yang tinggal di berbagai benua ini tentu saja punya cita-cita, impian, harapan, dan tujuan hidupnya masing-masing, kalian pernah nggak ngerasain kayaknya kalian nggak punya tujuan hidup, dan berpikir mau jadi apasih kedepan nya?

Aku pernah di titik itu, dimana aku ngerasa kayak nggak ada artinya tinggal dibumi ini, dan ngerasa seperti nggak punya tujuan hidup. Lalu berpikir kenapa aku dilahirkan? Sebenarnya kita nggak bisa memilih, kita hanya bisa menerima takdir lalu menjalaninya dengan ikhlas.

Waktu kecil sering ditanyain guru cita-citanya mau jadi apasih?, dengan lantang aku menjawab “saya mau jadi astronot bu”, entah kenapa aku sangat yakin dengan cita-cita waktu itu ketika SD kelas enam. Kau tau, aku sangat suka suka belajar IPA, tapi bukan yang tentang tumbuhan, bukan juga tentang bagian-bagian tubuh, apalagi belajar tentang reproduksi, agak geli, tapi perlu dipelajari asal otaknya nggak kemana-kemana. Aku suka belajar tentang astronomi, bagiku itu hal menyenangkan untuk dipelajari dan nggak bikin bosen. Kau tau, diantara sembilan planet aku paling suka dengan saturnus, alasan nya cuman satu, karena cincinya indah. Tapi aku tetep suka bumi, karena tinggal dibumi aku dapat melihat senyummu, aku juga suka liat bintang, katanya kalo liat bintang jatuh, doanya dikabulin, akusih  nurut aja, padahal cuma mitos.

Seiring bertambahnya usia, aku makin sadar bahwa cita-cita itu penting, impian itu harus ada, sempat  berpikir gini “ah ngapain mikirin cita-cita umur masih panjang kok”. Begitulah songongnya aku jadi manusia, nggak pernah mikirin apapun, taunya minta uang sama orang tua dengan gampang tanpa mikirin gimana susahnya orangtua nyari uang.

Kita nggak pernah tau gimana orangtua kita disana susahnya mencari uang untuk menafkahi keluarga, mereka nggak pernah bilang mereka lagi nggak punya uang, atau omset usaha yang sedang menurun. Mereka hanya tersenyum, lalu mengatakan “iya nak, besok bapak kirim”. Kita taunya hanya menyodorkan tangan, meminta lalu meminta. Memang, itu sudah menjadi tanggung jawab dari orangtua kita.

Semakin tua rasanya semakin malu untuk meminta uang kepada orangtua, ekspetasinya sih begini “minta malu, nggak minta,  ngga punya duit”
Menjadi orang yang biasa-biasa saja lantas tak membuatku jauh dari orang-orang, cause i think, how many people like mysefl, and that never makes worry. Pernah sesekali mencoba, mencoba menjadi seseorang yang membanggakan, namun cukup sombong untuk dipamerkan. padahal biasa-biasa saja .

Pernah sekali aku mengikuti ajang seperti pidato yang pasti harus memiliki kemampuan publik speaking yang bagus. padahal publik speaking ku jauh dari kata keren, kalau di kasih point 1-100, aku pasti dapet 30, atau bahkan 20 mungkin, aku tidak pandai berkata-kata yang asal  seperti orang-orang layaknya, setiap kali aku berbicara aku sudah memikirkan, apa yang harus aku bicarin.

Iya memang seperti itu. Beda, nggak kayak orang-orang, yaa tiap orang kan pasti mempunyai kelemahannya masing-masing. Betul ??

Yang seperti yang kubilang tadi, kenapa aku nekat ngikuti perlombaan pidato?
Awalnya karena penasaran, pengen nyoba gimana rasanya ngomong didepan banyak orang tanpa teks, gimana rasanya deg-degan di atas panggung, keringet dingin, pasti buat siapapun yang membaca ini akan nganggap aku norak.
 
No one know, hal seperti itu, baru pertama kali aku lakukan dengan nyali kentang. Ngafalin kertas 3 halaman sampe 3 hari 3 malam didepan kaca. And you know guys, finnaly suaraku jadi serak, tampil dengan bermodalkan suara serak ini sangat memalukan menurutku. But I'm proud to myself, aku ngasih penghargaan pada diriku lalu berkata dalam hati, makasih liza kamu udah berani, walaupun harus menyucurkan keringat dingin disetiap kata, kau mampu mendapatkan juara 2. Prinsipnya harus percaya sama diri kita sendiri bahwa kita mampu, jangan tengok kanan kirimu, walau kau tau mungkin dia lebih hebat darimu, tapi jangam terjebak, ada yang kelihatan bagus dari cover nya aja, intinya jangan lupakan doa dan selalu ingat Allah setiap kali melakukan sesuatu, dan kau tau aku berkali kali membacakan surat al-iklas, katanya biar tenang dan mengurangi deg-degan. Nyatanya benar. Dan andai saja ada cctv, bisa dilihat betap jelek nya dan kaku nya wajahku ketika aku nerveous.
Yang biasanya aku hanya melihat berbagai piala dirumah orang, and then, now i have, and i proud. Menurutku itu sesuatu hal yang luar biasa
.


Pernah punya cita-cita untuk menjadi seorang penulis buku, tapi kurasa aku salah jurusan, harusnya aku masuk jurusan sastra Indonesia saja, tapi entah kenapa aku lebih memilih masuk jurusan kebidang ekonomi. Padahal kata orang, ekonomi itu jurusan yang paling pasaran, dimana-mana pasti ada, dan yang paling banyak pengangguran adalah jurusan dibidang ekonomi. Kata orang sih gitu, padahal tergantung dari diri individunya masing-masing. Jangan salahkan  jurusannya tapi salahkan orangnya.

Andai saja aku masuk ke jurusan sastra pasti aku lebih bisa mengembangkan kemampuanku. Karena pekerjaan yang paling menyenangkan itu adalah hobi yang dibayar. Yapp. I like to write. Tapi ngga terlalu pandai merangkai kata-kata. Cuman butuh latihan aja.

Kalau ditanya orang cita-citaku mau jadi apa? Setelah lulus kuliah mau ngapain? So please rata-rata citizen +62  hobinya suka kepo dan terlalu ngurusin hidup orang, mau dia jadi apa kek, mau pengangguran kek, itu yaa bukan urusan kalian. Apalagi setiap pulang, pasti ditanyai sama tetangga,” mau jadi apa sih? Palingan ntar juga ujung-ujungnya nikah” hmm  kata-kata seperti tadi udah kebal ditelingaku, mau kalian ngatain aku apa kek. Hmm sorry nggak mempan. Sekali lagi kita hidup jangan liat kanan-kiri fokus aja sama apa yang kalian lakuin, jangan terjebak, jangan terpengaruh juga. Wajar aja ada orang-orang seperti itu. Kalau nggak ada. Mungkin hidup di bumi ini nggak bakalan seru hehehe.

Lakukan aja  apa yang kau inginkan, fokus aja dengan apa yang kau lakukan saat ini, geluti hobimu, perdalam kemampuanmu, ilmu ada dimana-mana. Bukan hanya diperpustakaan.

Kita hidup dibumi ini hanya sebagai pemeran, diri kita adalah peran utamanya. Hidup ini adalah perjalanan. Kita bebas mau berjalan kemana, hidup ini juga plihan, kita bebas memilih apa yang akan kita lakukan dan apa yang kita mau. Tapi ingat sekali lagi kita hanyalah pemeran, Allah adalah sutradaranya. Kita boleh berencana  tapi Allah yang menentukan.

Terima kasih, sekian dari saya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar