Follow Us @soratemplates

Selasa, 30 Maret 2021

Bacotan di Malam Rabu

Maret 30, 2021 9 Comments

 

Kilas balik mengingat kejadian waktu itu aku lupa tepatnya di tahun berapa, aku duduk di salah satu cafe yang sering ku kunjungi bersama temanku, aku melihat  seseorang yang sedang asik membaca buku sendirian ditemani dengan secangkir kopi hitam, mungkin americano pikirku. Aku berpikir dalam hati, laki-laki berkacamata itu tampaknya seorang yang jenius, matanya hanya fokus ke buku. Bahkan saat semua orang tertuju dengan wanita yang memakai rok mini, ia bahkan sama sekali tidak menggubrisnya.

Tidak lama kemudian, kira-kira setelah 5 menit seorang perempuan rambut pendek datang menghampiri laki-laki yang sedang asik membaca itu. Ia duduk tepat dihadapannya. Lalu menyodorkan buku yang kalau tidak salah judulnya “The Subtle Art of not Giving a Fuck”. Buku bersampul warna oranye sepertinya tidak asing. ya itu adalah buku karya Mark Manson yang terjemahannya  “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” buku yang sempat populer pada zamannya dan banyak di gandrungi orang-orang karena judulnya menarik. Dan yang bikin aku gagal fokus waktu itu adalah dia memberikan buku original bahasa inggris. Keren sih.

Perempuan  itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun lalu meninggalkan laki-laki itu begitu saja. Laki-laki tersebut menyimpan buku nya yang diberikan perempuan tadi dan masukkannya ke dalam tas ransel. Aneh, ada satu kejanggalan. Dia memakai tas berwarna pink dengan gantungan kunci karakter micky mouse. Aku terus memperhatikannya tetapi ia tidak sadar. Aku memandangnya dengan sinis dan heran, benar-benar aneh dan nggak masuk akal membuat pikiranku melayang kemana-mana.

Ah bukan urusanku, batinku.

            Waktu itu rasanya aku ingin  pulang saja dan tanpa kusadari makananku belum kuhabiskan. Kuambil tissu untuk membungkus beberapa potongan ayam yang tersisa untuk kucingku dirumah.

****

 Keesokan harinya cuaca sedang bagus-bagusnya kutarik nafas lalu mengebuskannya secara perlahan “hari yang bagus, hari ini mau kemana?” ucapku dalam hati. Aku teringat dengan laki-laki yang waktu itu sedang nongkrong di cafe. Ya buku itu. Buku milik Mark Manson. aku harus membacanya. Aku penasaran dengan isinya.

Baik setelah itu, aku pergi ke Gramedia terdekat di kotaku. Untungnya buku di gramedia boleh dibaca tanpa membeli. Sebuah kesempatan yang tidak boleh diabaikan. Kubaca buku itu sampai habis. entah sampai beberapa jam aku sama sekali tidak melihat jam ditanganku. sesekali kali ku potret beberapa quotes didalamnya. Buku yang menarik, sangat sangat recomended untuk dibaca.

 

             Aku memang tipe orang yang lebih suka kemana-mana sendiri, lebih fleksibel dan mengurangi rasa badmood akibat  harus nunggu temen yang katanya otw padahal baru bangun tidur. Aku sangat tidak suka dengan orang yang tidak tepat waktu, meski begitu pada dasarnya kita hidup di negera yang mana orang-orang nya pada suka ngaret. Jadi, habit itu udah mendarah daging dan susah buat di ubah.

            Sebenarnya aku bingung mau nulis apa lagi, soalnya udah kehabisan topik hahahah. Canda-canda. Hari ini aku sedang berada di sebuah kafe, ya. Aku sendirian di temani oleh laptop, buku, handphone dan sesekali terdengar lagu “Pamungkas –kenangan manis”,  tapi aku lebih suka memutar lagu di handphone lalu memakai headset karena musiknya lebih terdengar jelas. Selain itu aku bebas dari suara hiruk pikuk kota yang kadang terdengar bising ditelinga.

            Ada sepasang orang yang sedang berpacaran, sesekali perempuan itu menatapku sisnis, aku bingung apa ada yang salah ?  aku menatapnya kembali seolah sorot mataku bertanya “kenapa?” tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Sangat tidak penting.

            Ada juga seorang Ibu kira-kira umurnya 40 tahun, membawa dua orang anak  sekitaran umur 5 tahun  dan yang satu umur 2 tahun, aku hanya menebak tapi seperti itulah ilustrasinya. Aku tidak tahu jelas sejak pertama datang sang anak yang berumur 2 tahun menangis tidak jelas, mereka duduk tepat didepanku. Aku melihat sang ibu mencubit anaknya  lalu semakin keras anak itu menangis. Pada akhirnya mereka pergi begitu saja. Entahlah aku tidak pernah peduli dengan urusan orang lain.

            Sekarang sudah pukul 21.20 yang menunjukkan jam sudah semakin larut, aku terus menulis tulisan ini sambil menedengarkan lagu Fiersa Besari – Garis terdepan. Kuhabiskan kopiku tanpa meninggalkan setetes pun. Bukan, bukan karena haus. Tapi aku menghargai setiap uang yang dikeluarkan harus benar-benar dimanfaatkan setiap nilainya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kamis, 18 Maret 2021

Talking About Beauty Standart “perempuan”

Maret 18, 2021 0 Comments

 


 Ngebahas standar beauty emang tidak ada habisnya, karena pada dasarnya cantik itu relatif, dimana setiap orang memiliki inner beauty-nya masing-masing. Kebanyakan orang menilai cantik itu harus putih, cantik itu harus langsing, cantik itu harus punya wajah mulus  dan cantik itu harus memiliki bentuk wajah dan bentuk tubuh yang sempurna.

 

Bayangin aja betapa muaknya kita dengan perspektif  bahwa orang cantik itu selalu di utamakan. Contohnya dalam bidang pekerjaan. Tak jarang kita jumpai beberapa perusahaan akan nge hire dengan syarat “good looking”, “penampilan menarik”,  padahal skill dan attitude merupakan hal yang lebih penting dari sekadar cantik. Dan yang lebih mirisnya lagi, setiap orang cantik melakukan kesalahan, kebanyakan orang mengatakan “untung cantik”. Betapa muaknya dengan kata-kata itu.

 

Dari kecil kita udah  diajarin untuk selalu tampil cantik. Jangan main panas katanya, nanti hitam. Itu merupakan awal dari kata “cantik itu harus putih”. That’s why kenapa orang-orang sekarang berlomba untuk merubah tone kulit mereka yang gelap menjadi putih. Bukankan meraka tidak mensyukuri apa yang sudah tuhan berikan. Bahkan tak sedikit orang melakukan apa saja untuk merubah tone kulit mereka. 

 

Kenapa perempuan harus cantik? Apa semua harus dinilai dari fisik? Itu sebabnya make up diciptakan untuk membuat para perempuan menjadi cantik. Padahal cantik akan memudar seiiring dengan berjalannya waktu. 

32

Kau tau kenapa film disney diciptakan? Seperti film Cinderella, Beauty and the Beast, jelas bahwa film tersebut sangat memperngahuri otak manusia dan perskpektif  bahwa “yang cantik akan diperlakukan istimewa” itu semakin kuat. Dari sini otak kita udah di set sama orang-orang yang mungkin aja sengaja menjatuhkan mental-mental orang yang tidak cantik. Yang tidak cantik akan dibully, dihina, dan diperlakukan tidak adil.

 

Dan kalau saja bisa memilih, semua orang ingin dilahirkan dengan wajah dan bentuk fisik yang sempurna. Namun kita sadar. Kita siapa? Kita Cuma seorang manusia yang tidak bisa menuntut apapun selain menerimanya dan menjalaninya dengan rasa syukur.

 

Seperti yang sudah dikatakan tadi, setiap orang memiliki inner beauty-nya masing-masing. Kecantikkan bukan hanya dinilai dari feminim atau tidaknya orang tersebut.  Bukan hanya sekadar mempunyai fisik yang bagus bisa dikatakan cantik. Memiliki attitude dan sikap bahkan wawasan yang luas menurutku itu difinisi cantik yang sesungguhnya.

 

“percuma cantik, tapi gendut”

“percuma cantik tapi kurus”

“percuma cantik tapi jerawatan”

“percuma cantik tapi pendek”

 

Stop overthinking about what people saying about you. Kadang omongan orang sendiri bahkan orang tua kita sendiri yang sering menjatuhkan mental kita. Nggak usah didengerin. Abaikan aja yang tidak perlu

 

Intinya jadi diri sendiri dan jangan pernah sekalipun membandingkan tentang dirimu terhadap orang lain. And than setiap orang punya pencapaiannya masing-masing dan apapun yang ada pada  diri kita  sekarang, percayalah tuhan menciptakan manusia bukan tanpa alasan. Jangan pernah merasa kita tidak layak untuk siapapun. Dan harus yakin kita mempunyai kelebihan yang tidak satupun itu dimiliki orang lain.

 

#hanya pandai berbicara tapi sulit untuk melakukan

Sabtu, 13 Maret 2021

#1 Pengantar

Maret 13, 2021 0 Comments

 


 

Pengantar

[Bagian.1]

 

Malam itu dunia tidak berpihak kepadaku, aku marah, membenci apapun tentang hari ini, bahkan kalau diberi satu kesempatan untuk merubah takdir, aku akan menganggap hari ini tidak ada dan aku akan menghapusnya dari daftar tanggal.

Tapi bukannya semesta selalu punya cara sendiri untu menunjukkan apa yang seharusnya ditujukkan? Memberi tahu yang seharusnya diberi tahu? Memberi isyarat apa yang tarus dilakukan?

Memang, terkadang kita tidak bisa menebak alur cerita apa selanjutnya, karena hidup bukan sekadar pertujukkan bioskop yang bisa kita tebak alurnya sesuka hati kita. Tapi, bukankan setiap orang boleh berimajinasi tentang apapun yang meraka mau?

Entahlah aku juga tidak tau apa yang meraka pikirkankan tentangku. Entah baik atau buruk, aku tidak mau tau dan tidak mau mencari tahu. Yang penting lakukan yang menurutmu baik dan jangan hiraukan apa kata meraka.

 

 

 

 

#MenjalaniHidupSebagaiIntrovert