Follow Us @soratemplates

Selasa, 29 Juni 2021

Kenapa Harus Menyerah?

Juni 29, 2021 2 Comments

 


 Menjadi seorang manusia dan hidup di tengah kondisi seperti ini memang sulit, apalagi pandemi nggak kelar-kelar. nggak bisa di pungkiri, berkali-kali kita mengeluh, berkali-kali kali kita mengatakan bahwa tuhan tidak adil, berkali-kali kita menangis di pojokan kamar dan berkali-kali juga kita bangkit lalu gagal lagi.

 

Mungkin saat ini tinggal dengan kedua orang tua adalah pilihan yang aman, selain dapet makan gratis kadang juga dikasih uang jajan. Tapi tidak sedikit juga diantara kita lagi-lagi mengeluh karena tidak tahan dengan omongan tetangga yang selalu menanyakan “kapan”?. Waktu kuliah ditanya kapan lulus, waktu lulus ditanya kapan kerja? Ketika kerja ditanya kapan nikah, lalu nanti setelah nikah ditanya kapan punya anak.

 

Kalau kata Ntsana, kita lahir dari rahim Ibu tapi makan dengan perkataan orang lain.

 

Udah udah, jangan diambil pusing, anggap aja omongan tetangga itu adalah iklan youtube, nggak terlalu penting dan di skip aja.

 

Sedikit flashback waktu itu tepat bulan Desember di tahun 2020 aku dinyatakann lulus sidang skripsi, Alhamdulillah setidaknya sudah tidak ada lagi beban UKT yang harus dipikirkan. Senang itu pasti, semua teman, keluarga dan kerabat mengucapkan selamat, dan tidak sedikit teman-teman memberikan bingkisan atas gelar baru kita. Tapi kesenangan itu tidak bertahan lama dan kehidupan yang sesungguhnya baru saja dimulai.

 

Menjadi sarjana itu merupakan kebanggan, kita bisa memilih pekerjaan yang bergengsi di perusahaan-perusahaan yang kita impikan, bekerja di perusahaan corporate, start up ataupun multinasional, siapa yang tidak ingin bekerja disana. Dulu waktu pertama kali menjadi mahasiswa baru aku mengira bahwa jalan akan terasa lebih mudah, aku yakin dan percaya aku bisa melakukan dan mendapatkan apa yang kumau. Tapi ternyata salah, tidak semudah itu ferguso .. :D

 

Setiap hari melamar pekerjaan, 1 hari 10 lamaran, kalau di totalkan selama satu bulan ada 300 lamaran pekerjaan yang di apply, apakah itu menjamin kita akan  dipanggil untuk interview? Belum tentu. Karena untuk dapetin kerja itu gak segampang di FTV, yang kesenggol dikit terus ditolongin ditawarin kerja. Nggak gitu konsepnya yaa ...

 

Yang selalu aku tanamkan didalam diri ini, nggakpapa nggak punya orang dalam, yang penting punya Tuhan yang selalu mendengar doa dan akan mengabulkannya diwaktu yang tepat. 

 

Banyak orang yang mengatakan kalau mau keterima kerja 70%  pasti dari orang dalam, 15 % good looking, 10 % skill dan 5% faktor keberutungan. Dan aku membenarkan hal itu . Waktu itu aku pernah mengantar berkas lamaran di salah satu perusahaan besar, lalu ditanya, dapat info darimana? Punya keluarga yang kerja disini? Shittt, the power of orang dalam itu emang bener-bener nyata :D. Lalu, apakah mungkin kita mendapat yang 5% itu. Jawabannya kenapa tidak mungkin?

 

Pernah menyerah? Tidak pernah.

Pernah gagal? Sering

Insecure sama temen? jangan di tanya lagi

 

Itu sebabnya kita perlu rehat sejenak dari sosial media, tujuannya untuk meminimalisir hal-hal yang malah membuat kita Insecure, perbanyak perbaiki dan fokus asama tujuan awal kita.

 

Karena sudah terbiasa dengan kegagalan dan berkali-kali dikalahkan oleh orang dalam membuat mentalku semakin kuat dan selalu intropeksi diri untuk memperbaiki apa yang kurang, mungkin resume nya belum bagus atau sholawatnya kurang. Atau mungkin memang belum rezekinya.

 

Kalau lagi ada kesempatan, jangan pernah di sia-sia’in, mau pekerjaan apapun itu ambil aja, nggak usah malu dan gengsi. Kecuali orangtuamu kaya raya yang bisa selalu nyediain uang buat biaya hidupmu.

 

Teruntuk teman-temanku yang sedang membaca tulisan ini yang sedang sama-sama berjuang untuk mendapat pekerjaan, semangat yaaa. Semangat terus, harus lebih banyak berdoa dan ikhlas apapun yang  terjadi. Kalian nggak sendiri, kita sedang sama-sama berjuang. Kita muda dan jalan kita masih panjang. Nggak usah takut. Tuhan udah punya rencana yang terbaik buat umatnya.

 

Semangatttt...

 

Selasa, 06 April 2021

Kekhawatiran Tentang Masa Depan (Quarter Life Crisis)

April 06, 2021 0 Comments

 


Buat kamu yang sedang berada di fase dimana kamu merasa gelisah tentang sesuatu, tentang masa depan tentang kebosanan dengan rutinitas yang itu-itu saja atau bahkan kamu sering menyalahkan dirimu sendiri karena pencapaianmu yang berbeda dengan orang lain. Mungkin kamu sedang berada di fase quarter life kiris.

 

Menurut peneliliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr Oliver Robinson, ada 4 fase dalam QLC. Pertama, perasaan terjebak  dalam sebuah situasi entah itu pekerjaan, hubungan atau hal lainnya. Kedua, harapan bahwa akan muncul sebuah perubahan dalam hidup. Ketiga, membangun kembali hidup yang baru. Keempat, mengukuhkan komitmen seputar aspirasi, motivasi dan tujuan.

 

Umumnya seseorang akan mengalami quarter life crisis ketika mereka berada di umur 25-30 tahun. Dimana di umur tersebut puncak kedewasaan dimulai. Perasaann khawatir, tidak nyaman, kesepian, bimbang bahkan depresi dalam hidupnya. Apakah ini wajar? atau bahkan kamu merasa takut? Tenang, semua itu wajar dan semua orang bahkan mengalaminya. Hanya saja kita tidak pernah tau apa yang orang lain pikirkan dan alami.

 

Mungkin normalnya orang akan mengalami fase ini dimulai sejak umur 25 tahun. Tapi menurutku tidak selalu begitu. Bahkan sekarang di usia 22 tahun yang bisa dikatakan umur dewasa awal, baru selesai pendidikan dan tidak tau arahnya mau kemana. Aku merasakan hal itu. Atau kamu juga?

 

Merasa tidak bahagia dengan rutinitas yang itu-itu saja kadang membuat kita jadi kebingungan sendiri, apa sih yang kita mau? Apasih yang kita butuhkan? Hidup seperti apa yang menyenangkan? rasa bosan  timbul karena kita tidak berani keluar dari zona nyaman. Mungkin kita butuh space atau mungkin kita perlu mencari tau hal-hal yang seharusnya kita ketahui atau hal-hal yang mungkin saja bisa dipelajari.

           

Sering nggak sih merasa cemas tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang? Padahal hal itu belum terjadi, tetapi malah bikin kita overthinking. Misalnya kalian lagi jalan-jalan, terus kalian melamun mikirin, aku bakal berhasil nggak ya ? aku bakalan gini-gini aja nggak sih ? aku udah melakukan apapun, tapi apa itu worth it untuk lima tahun kedepan? Dan ujung-ujungnya kalian malah dibikin pusing sama pertanyaan-pertanyaan yang nggak tau jawabannya apa.

 

Salah satunya begini, mungkin kita sedikit merasa minder saat melihat aktivitas teman kita di sosial media, entah itu teman kita yang sudah bekerja kantoran, punya usaha sendiri, sukes di usia muda, atau bahkan melihat kebahgiaan orang yang telah menikah. Sedangkan kita masih stuck di situ-situ aja, bahkan belum memulai apa-apa. Padahal hidup bukan ajang perlomabaan. Bukan tentang siapa yang sukses duluan dia adalah pemenangnya. Basically, kita semua adalah pemenang, pemenang atas apa yang sudah kita peroleh dan sudah sejauh mana proses yang kita lalui. Orang lain tidak akan pernah tau, orang lain hanya melihat hasil lalu memujinya. Stop comparing us with other people, because in fact everyone has a different path.

 

 Perlu kita ingat, orang lain tidak pernah menunjukkan bagaimana susahnya menjalani kuliah, orang lain tidak pernah menunjukkan bagaimana susahnya mencari kerja, orang lain tidak akan pernah menunjukkan bagaimana sulitnya bekerja dalam tekanan. Sosial media hanyalah sebuah cover.

 

Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu hal tidak selalu berjalan dengan sempurna. Pernah nggak ketika mau tidur, kadang suka mikir dalam hati “umur aku udah segini aja”, “perjalananku udah panjang” padahal kemaren rasanya baru saja main petak umpet bareng teman-teman kecil, lari kesana kemari, merengek minta uang jajan sama mama, nongkrong di kantin, ketawa-ketiwi bareng teman se-geng’an . but sometimes we are not aware atas apa yang udah kita lakukan selama ini. Bahkan hari-hari yang udah kita lewati rasanya begitu cepat. Kata anak kecil menjadi dewsa itu asyik, kata orang dewasa, menjadi anak kecil jauh lebih menyenangkan. tapi kita kadang lupa, hidup itu tidak seindah apa yang kita bayangkan.

 

Dalam menentukan makna hidup, kita harus benar-benar tau apa tujuan kita lahir dunia ini, atas dasar apa kita mau bertahan sampai saat ini. Apa yang kita cari. Mungkin di saat kita remaja kita berpikir bahwa menjadi orang yang bermakna adalah orang yang bisa menjadi manfaat bagi orang lain, atau kita bisa membahagiakan orang lain. Bahkan kita memiliki pandangan bahwa uang bukanlah segalanya, melainkan sesuatu yang bersifat sementara. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu ketika usia mulai memasuki tahap dewasa awal kita mulai berpikir realistis. Wah hidup ini keras men, salah satunya tuntutan finansial, alhasil makna hidup yang tadinya bermanfaat bagi orang lain hanyalah ulusi belaka. Jadinya,  dilema untuk memilih antara tujuan hidup  atau mengikuti realitas saat ini.

Selasa, 30 Maret 2021

Bacotan di Malam Rabu

Maret 30, 2021 9 Comments

 

Kilas balik mengingat kejadian waktu itu aku lupa tepatnya di tahun berapa, aku duduk di salah satu cafe yang sering ku kunjungi bersama temanku, aku melihat  seseorang yang sedang asik membaca buku sendirian ditemani dengan secangkir kopi hitam, mungkin americano pikirku. Aku berpikir dalam hati, laki-laki berkacamata itu tampaknya seorang yang jenius, matanya hanya fokus ke buku. Bahkan saat semua orang tertuju dengan wanita yang memakai rok mini, ia bahkan sama sekali tidak menggubrisnya.

Tidak lama kemudian, kira-kira setelah 5 menit seorang perempuan rambut pendek datang menghampiri laki-laki yang sedang asik membaca itu. Ia duduk tepat dihadapannya. Lalu menyodorkan buku yang kalau tidak salah judulnya “The Subtle Art of not Giving a Fuck”. Buku bersampul warna oranye sepertinya tidak asing. ya itu adalah buku karya Mark Manson yang terjemahannya  “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” buku yang sempat populer pada zamannya dan banyak di gandrungi orang-orang karena judulnya menarik. Dan yang bikin aku gagal fokus waktu itu adalah dia memberikan buku original bahasa inggris. Keren sih.

Perempuan  itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun lalu meninggalkan laki-laki itu begitu saja. Laki-laki tersebut menyimpan buku nya yang diberikan perempuan tadi dan masukkannya ke dalam tas ransel. Aneh, ada satu kejanggalan. Dia memakai tas berwarna pink dengan gantungan kunci karakter micky mouse. Aku terus memperhatikannya tetapi ia tidak sadar. Aku memandangnya dengan sinis dan heran, benar-benar aneh dan nggak masuk akal membuat pikiranku melayang kemana-mana.

Ah bukan urusanku, batinku.

            Waktu itu rasanya aku ingin  pulang saja dan tanpa kusadari makananku belum kuhabiskan. Kuambil tissu untuk membungkus beberapa potongan ayam yang tersisa untuk kucingku dirumah.

****

 Keesokan harinya cuaca sedang bagus-bagusnya kutarik nafas lalu mengebuskannya secara perlahan “hari yang bagus, hari ini mau kemana?” ucapku dalam hati. Aku teringat dengan laki-laki yang waktu itu sedang nongkrong di cafe. Ya buku itu. Buku milik Mark Manson. aku harus membacanya. Aku penasaran dengan isinya.

Baik setelah itu, aku pergi ke Gramedia terdekat di kotaku. Untungnya buku di gramedia boleh dibaca tanpa membeli. Sebuah kesempatan yang tidak boleh diabaikan. Kubaca buku itu sampai habis. entah sampai beberapa jam aku sama sekali tidak melihat jam ditanganku. sesekali kali ku potret beberapa quotes didalamnya. Buku yang menarik, sangat sangat recomended untuk dibaca.

 

             Aku memang tipe orang yang lebih suka kemana-mana sendiri, lebih fleksibel dan mengurangi rasa badmood akibat  harus nunggu temen yang katanya otw padahal baru bangun tidur. Aku sangat tidak suka dengan orang yang tidak tepat waktu, meski begitu pada dasarnya kita hidup di negera yang mana orang-orang nya pada suka ngaret. Jadi, habit itu udah mendarah daging dan susah buat di ubah.

            Sebenarnya aku bingung mau nulis apa lagi, soalnya udah kehabisan topik hahahah. Canda-canda. Hari ini aku sedang berada di sebuah kafe, ya. Aku sendirian di temani oleh laptop, buku, handphone dan sesekali terdengar lagu “Pamungkas –kenangan manis”,  tapi aku lebih suka memutar lagu di handphone lalu memakai headset karena musiknya lebih terdengar jelas. Selain itu aku bebas dari suara hiruk pikuk kota yang kadang terdengar bising ditelinga.

            Ada sepasang orang yang sedang berpacaran, sesekali perempuan itu menatapku sisnis, aku bingung apa ada yang salah ?  aku menatapnya kembali seolah sorot mataku bertanya “kenapa?” tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Sangat tidak penting.

            Ada juga seorang Ibu kira-kira umurnya 40 tahun, membawa dua orang anak  sekitaran umur 5 tahun  dan yang satu umur 2 tahun, aku hanya menebak tapi seperti itulah ilustrasinya. Aku tidak tahu jelas sejak pertama datang sang anak yang berumur 2 tahun menangis tidak jelas, mereka duduk tepat didepanku. Aku melihat sang ibu mencubit anaknya  lalu semakin keras anak itu menangis. Pada akhirnya mereka pergi begitu saja. Entahlah aku tidak pernah peduli dengan urusan orang lain.

            Sekarang sudah pukul 21.20 yang menunjukkan jam sudah semakin larut, aku terus menulis tulisan ini sambil menedengarkan lagu Fiersa Besari – Garis terdepan. Kuhabiskan kopiku tanpa meninggalkan setetes pun. Bukan, bukan karena haus. Tapi aku menghargai setiap uang yang dikeluarkan harus benar-benar dimanfaatkan setiap nilainya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kamis, 18 Maret 2021

Talking About Beauty Standart “perempuan”

Maret 18, 2021 0 Comments

 


 Ngebahas standar beauty emang tidak ada habisnya, karena pada dasarnya cantik itu relatif, dimana setiap orang memiliki inner beauty-nya masing-masing. Kebanyakan orang menilai cantik itu harus putih, cantik itu harus langsing, cantik itu harus punya wajah mulus  dan cantik itu harus memiliki bentuk wajah dan bentuk tubuh yang sempurna.

 

Bayangin aja betapa muaknya kita dengan perspektif  bahwa orang cantik itu selalu di utamakan. Contohnya dalam bidang pekerjaan. Tak jarang kita jumpai beberapa perusahaan akan nge hire dengan syarat “good looking”, “penampilan menarik”,  padahal skill dan attitude merupakan hal yang lebih penting dari sekadar cantik. Dan yang lebih mirisnya lagi, setiap orang cantik melakukan kesalahan, kebanyakan orang mengatakan “untung cantik”. Betapa muaknya dengan kata-kata itu.

 

Dari kecil kita udah  diajarin untuk selalu tampil cantik. Jangan main panas katanya, nanti hitam. Itu merupakan awal dari kata “cantik itu harus putih”. That’s why kenapa orang-orang sekarang berlomba untuk merubah tone kulit mereka yang gelap menjadi putih. Bukankan meraka tidak mensyukuri apa yang sudah tuhan berikan. Bahkan tak sedikit orang melakukan apa saja untuk merubah tone kulit mereka. 

 

Kenapa perempuan harus cantik? Apa semua harus dinilai dari fisik? Itu sebabnya make up diciptakan untuk membuat para perempuan menjadi cantik. Padahal cantik akan memudar seiiring dengan berjalannya waktu. 

32

Kau tau kenapa film disney diciptakan? Seperti film Cinderella, Beauty and the Beast, jelas bahwa film tersebut sangat memperngahuri otak manusia dan perskpektif  bahwa “yang cantik akan diperlakukan istimewa” itu semakin kuat. Dari sini otak kita udah di set sama orang-orang yang mungkin aja sengaja menjatuhkan mental-mental orang yang tidak cantik. Yang tidak cantik akan dibully, dihina, dan diperlakukan tidak adil.

 

Dan kalau saja bisa memilih, semua orang ingin dilahirkan dengan wajah dan bentuk fisik yang sempurna. Namun kita sadar. Kita siapa? Kita Cuma seorang manusia yang tidak bisa menuntut apapun selain menerimanya dan menjalaninya dengan rasa syukur.

 

Seperti yang sudah dikatakan tadi, setiap orang memiliki inner beauty-nya masing-masing. Kecantikkan bukan hanya dinilai dari feminim atau tidaknya orang tersebut.  Bukan hanya sekadar mempunyai fisik yang bagus bisa dikatakan cantik. Memiliki attitude dan sikap bahkan wawasan yang luas menurutku itu difinisi cantik yang sesungguhnya.

 

“percuma cantik, tapi gendut”

“percuma cantik tapi kurus”

“percuma cantik tapi jerawatan”

“percuma cantik tapi pendek”

 

Stop overthinking about what people saying about you. Kadang omongan orang sendiri bahkan orang tua kita sendiri yang sering menjatuhkan mental kita. Nggak usah didengerin. Abaikan aja yang tidak perlu

 

Intinya jadi diri sendiri dan jangan pernah sekalipun membandingkan tentang dirimu terhadap orang lain. And than setiap orang punya pencapaiannya masing-masing dan apapun yang ada pada  diri kita  sekarang, percayalah tuhan menciptakan manusia bukan tanpa alasan. Jangan pernah merasa kita tidak layak untuk siapapun. Dan harus yakin kita mempunyai kelebihan yang tidak satupun itu dimiliki orang lain.

 

#hanya pandai berbicara tapi sulit untuk melakukan