Evaluasi Diri (Blog Episode 5)
Nurliza Ramadani
Agustus 24, 2019
0 Comments
Evaluasi Diri
Kita hidup di muka bumi ini dengan
segala macam sifat, tingkah laku manusia
yang tentunya berbeda-beda dan dengan segala bentuk keribetannya masing-masing.
Lantas, apa yang ada dipikiranmu pertama
kali ketika berjumpa dengan seseorang yang baru kita kenal? Kita menilai diri
kita tidak ada apa-apanya dan tidak lebih dari sehelai sampah dan semua orang
yang ada disekitar kita bagaikan orang hebat dan pandai berbicara, sementara
kita? Jauh dari kata itu, dan keluarlah
sifat minder dalam diri yang akhirnya kita takut salah ucap dan salah kata
dalam berbicara, eittsss, jangan kometar dulu, ini menurutku.
Tak menutup kemungkinan selain mencari
celah kekurangan diri sendiri, seringkali kita mencari-cari kekurangan dari
masing-masing orang yang kita jumpai tadi. seperti menilai bagain fisiknya,
gayanya yang lebih tinggi daripada uang jajan nya. And than tanpa kita sadari
kita sudah melakukan body shamming, padahal bentuk fisik kita juga belum tentu
lebih bagus dari orang tersebut, itu namanya nggak sadar diri.
Ya, itu aku, kadang aku ngerasa diriku
yang paling cantik, paling bener, egois, dan seakan-akan apa yang aku lakukan
selalu yang terbaik, tanpa perah memikirkan isi hati orang lain, aku bertindak
semauku, melakukan hal-hal apapun yang aku inginkan tanpa khawatir apa yang
akan dikatakan orang lain terhadapku, aku sih mikirnya “aku hidup bukan untuk
membuat mereka bahagia”. Iyaa, tenang dulu, aku tau aku salah, tak seharusnya
aku berpikiran begitu, aku memang kepala batu, bodo amat’an dengan yang orang
katakan. Tapi liza, ada satu hal perlu kau tau “kita hidup dunia ini ada
aturannya” bahkan ketika hendak tidurpun ada aturannya. Kita nggak boleh ngelakukan apapun yang bisa merugikan
orang lain. kita ini manusia, kita tidak pandai menghargai diri sendiri, tapi
slalu ingin dihargai orang lain.
Membuat orang lain bahagia, tidak ada
salahnya kan? Dibandingkan dengan membuat orang gelisah dan sakit hati. Pilih
mana?
Aku ini sudah bisa dikatakan dewasa
dengan patokan umur yang sudah menginjak angka 20, memang terkadang umur tak
mengukur seberapa tingkat kedewasaan seseorang. Umurku dewasa, tapi perilakuku?
Apa bisa dikatakan sebagai orang yag dewasa? Belum tentu.
Kadang, aku ini hanya menilai orang hanya dari akun
Instagramnya, melihat foto-fotonya
kegiatan sehari-harinya, dengan begitu aku langsung bisa meyimpulkan orang itu
orang yang seperti apa karakternya. Itu aku. Entah apa yang salah pada diriku,
apa cuma aku satu-satunya orang yang seperti itu? Silahkan komentar dibawah
hehehe.
Contohnya seperti beraanggapan "Oh ini orangnya cantik, pasti biasanya ribet", "Oh ini orang orangnya sepertinya kalem, pasti orangnya nggak banyak omong".
segala prasangka yang membuatku terus memkikirkan hal-hal yang belum kuketahui lalu berimajinasi dan membayangkan kejadian apa selanjutnya. ini salah besar, ini nggak patut dicontoh.
Aku cukup paham jika semua hal buruk itu
akan mendewasakan dan membawaku pada masa depan yang lebih baik. Tapi, jika
saja bisa; jika saja, aku ingin kembali sebentar pada hari itu untuk
memperbaiki semuanya.