Follow Us @soratemplates

Sabtu, 27 Juni 2020

Menjadi Manusia, Layaknya Manusia

Juni 27, 2020 0 Comments

 


“Bahagiakan dirimu ketika sepi maka kamu akan menjadi orang paling bahagia ketika kamu ada dikeramaian. Jangan biarkan orang lain menentukan kebahagiaan kamu. Karena kebahagiaan itu adalah hak dan kewajiban masing-masing orang. Dirimu yang bertanggungjawab menentukan bahagia atau tidak. Bukan mereka, bukan dia”.

 

Hai, sudah lama tidak ketemu, izinkan aku menulis beberapa cuitan untuk menemani malam minggu kalian ya hehehe..... selamat membaca

                       

***

 

Semua orang layak dikatakan manusia ya karna memang mereka seorang manusia. Punya akal dan punya pikiran. Namun, entah kenapa tuhan harus menciptakan yang namanya kebosanan dalam menjalani hidup. Kadang suatu saat ada masanya diri manusia mengalami semangat yang membara layaknya api  yang berkobar. Saking membaranya kita berhayal dan berjanji pada diri kita sendiri untuk menjadi manusia yang berfaedaeh untuk menjadi seorang manusia yang sukses dan merubah kehidupan yang buruk menjadi kehidupan yang lebih baik.

 

Namun sayangnya rasa semangat itu gak bisa terus-terusan berlangsung pada diri manusia. Ada kalanya kita bosan menjalani hidup, bosan dengan rutinitas bosan dengan apapun yang kita lakukan. Basically feeling bored itu adalah hal yang lumrah. But, mau sampe kapan sih kita ini bosan? Gimana sih caranya ngilangin rasa kebosanan itu?

 

Actually, every problem has a solution

Inget aja, kalau lagi bosan inget lagi inget lagi goals yang udah kita rencanakan. Rencana itu harus bisa tercapai gimanapun caranya. Paksa otakmu untuk menanam sebait prinsip “Aku ingin mengubah kehidupanku agar lebih baik”, perbanyak streaming youtube tentang motivasi menjalani hidup. Banyak kok chanel yang membahas hal tersebut.

 

Ada yang bilang jalani hidup layaknya air yang mengalir namun seseorang pernah berkata padaku “hanya sampah dan tai  yang mengikuti air yang mengalir”. Kata-kata tersebut jelas kita nggak boleh menjadi manusia yang mengikuti arus mengikuti alur yang belum jelas mau kemana.

 

Kita terlahir sebagai generasi milenial, cara berpikir kita harus maju dan sekarang bukan saatnya mengikuti gaya orang jaman dulu. Jangan kebawa-bawa sistem orang belanda yang melarang pribumi untuk sekolah dan bercita-cita tinggi. Well, jaman sekarang setiap orang bebas kok mau bermimpi segede apa.

 

Pernah denger kata-kata Ir. Soekarno:

”Bercita-citalah setinggi langit, kalau jatuh, setidaknya jatuh diantara bintang-bintang”.

 

Manusia layaknya menjadi menjadi manusia. Kadang gak semua hak kita bisa kita dapatkan, hak bahagia, hak untuk bebas, hak untuk gak perduliin kata orang lain, hak untuk gak mikirin perasaan orang lain, dan hak untuk gak slalu bergantung pada orang lain. Faktanya setiap manusia memiliki batasan. Ada yang bisa di jangkau dan ada yang enggak.

 

Analoginya gini batasan itu layaknya sebuah rumah. Ada orang-orang yang cuman bisa diluar pagar, ada orang-orang yang bisa masuk tapi hanya sampai ruang tamu, dan ada orang-orang yang kita izinin sampai kamar tidur kita sendiri. Itu sebabnya gak semua orang bisa menjangkau apa yang ada dalam diri kita. Gak semua orang bisa bebas mengeksplor dan mengendalikan diri kita.

 

Faktanya kita sebagai manusia mati-matian untuk membuat orang lain bahagia, berusaha sekuat tenaga ngebuat orang lain suka sama kita, dan mengorbankan diri kita yang selalu enggak enakan sama orang lain. Coba aja dari kita semua bisa nge speak up mengenai uneg-uneg yang semala ini kita pendem. Nyatanya kita slalu disuguhui dengan rasa “nggak enakan”. Padahal, ngebuat orang lain bahagia itu sebenernya  bukan tanggung jawab kita sama sekali. Kenapa dibahagian. Emang belum bahagia? Kan gitu istilahnya.

 

Kata siapa gak boleh ngebagaian orang? Boleh kok, cuman yang harus digaris bawahi itu adalah, diri kita juga berhak bahagia guys.  Jangan sampe kita bisa ngebahagian orang lain, sedang diri sendiri nggak bahagia. Intinya jangan ngurusuin kehidupan orang lain sedangkan diri sendiri belum bener, belum di urus.

 

Alangkah lebih baiknya lagi bisa saling membagiakan...

 

Andai aja kita bisa hidup tanpa mikirin perasaan orang, tanpa perlu dengerin omongan orang lain, tanpa harus menerapkan rasa “nggak enakan”. Andai

 

Thank you... good night